A.
Identitas artikel
1.
Judul :
Laporan Keuangan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Keuangan
2.
Penulis : Yuli Orniati
3. Jurnal :
EKONOMI BISNIS
4.
Volume :
-
5.
Tahun :
2009
6.
Nomor :
3
B.
Latar belakang
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai
prospek atau masa depan, pertumbuhan dan potensi perkembangan yang baik bagi
perusahaan. Informasi kinerja keuangan diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi, yang mungkin dikendalikan di masa depan dan
untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada (Barlian, 2003).
Pimpinan perusahaan atau manajemen sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
yang telah di analisis, karena hasil tersebut dapat dijadikan sebagai alat
dalam pengambilan keputusan lebih lanjut untuk masa yang akan datang. Dengan menggunakan
analisis rasio, berdasarkan data dari laporan keuangan, akan dapat diketahui
hasil finansial yang telah dicapai di waktu-waktu yang lalu, dapat diketahui
kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta hasil-hasil yang dianggap cukup
baik. Hasil analisis historis tersebut sangat penting artinya bagi perbaikan penyusunan
rencana yang akan dilakukan di masa datang. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan
yang dimiliki oleh perusahaan, dapat diusahakan penyusunan rencana yang lebih
baik demi memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut. Hasil-hasil yang dianggap
sudah cukup baik di waktu lampau harus dipertahankan dan ditingkatkan untuk
masa-masa mendatang (Tampubolon, 2005;
Weston, 1995). Evaluasi
kinerja keuangan dapat dilakukan menggunakan analisis laporan keuangan, di mana
data pokok sebagai input dalam analisis ini adalah neraca dan laporan laba rugi.
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan menggunakan rasio keuangan. Analisis
rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan dan pihak yang berkepentingan
untuk mengevaluasi kondisi keuangan dengan cepat, karena penyajian rasio-rasio
keuangan akan menunjukkan kondisi sehat tidaknya suatu perusahaan. Analisis
rasio menghubungkan unsur unsur rencana dan perhitungan laba rugi sehingga
dapat menilai efektivitas dan efisiensi perusahaan. Analisis pos-pos neraca
akan memberikan gambaran tentang posisi keuangan perusahaan, sementara analisis terhadap
laporan laba rugi akan mendeskripsikan hasil atau perkembangan usaha dari
perusahaan. Informasi yang bisa diperoleh dari evaluasi kinerja keuangan antara
lain tentang kemampuan perusahaan melunasi utang jangka pendek, kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga pokok pinjaman, dan keberhasilan perusahaan
dalam meningkatkan besarnya modal sendiri. Kenyataannya, dalam pelaksanaan penilaian
terhadap kinerja perusahaan, pihak manajemen umumnya hanya melihat dari tingkat
fluktuasi atas laba yang diperoleh tanpa melakukan analisis lebih lanjut.
Akibat yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut adalah perusahaan sering
mengalami kesulitan untuk menentukan variabel apa yang menyebabkan terjadinya
pembentukan keuntungan atau profit yang lebih maksimal. Keadaan tersebut yang
menyebabkan perusahaan
sering mengambil
kebijakan yang kurang tepat untuk mengadakan penilaian atas kinerja yang telah
dicapai selama ini. Apabila kondisi tersebut terus terjadi, akan berakibat
pihak manajemen mengalami kesulitan dalam menetapkan kebijakan yang akan
diambil. Berdasarkan kenyataan yang sering terjadi di dalam perusahaan, maka
menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan penilaian secara
komprehensif atas kinerja keuangan yang telah dicapai sehingga dapat digunakan
sebagai dasar dalam menentukan kebijakan keuangan. Melalui penelitian ini akan
ditunjukkan bahwa melalui analisis secara menyeluruh atas laporan keuangan akan
mampu mendeskripsikan kinerja keuangan sebagai dasar penetapan kebijakan yang
lebih baik dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Dalam penelitian ini, lebih
lanjut dilakukan beberapa pembatasan agar pembahasan lebih terfokus. Pertama,
penelitian menggunakan lokasi PT Wira Jatim Group Pabrik Es Betek Malang dengan
alasan selama ini perusahaan tersebut tidak secara sistematis dalam memberikan penilaian
atas laporan keuangan, atau lebih jauh penilaian atas kinerja perusahaan hanya berdasarkan
keuntungan yang telah dicapai, sehingga dalam kelanjutannya sering terjadi penentuan
kebijakan yang kurang tepat terkait perbaikan maupun peningkatan kinerja keuangan
perusahaan. Kedua, data analisis menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas
neraca dan laporan laba rugi untuk periode 2005–2007. Ketiga, analisis kinerja
keuangan menggunakan empat jenis rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Secara umum, analisis atas hubungan
dari berbagai pos dalam laporan keuangan digunakan sebagai dasar untuk menginterpretasikan
kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Salah satu alat untuk
menganalisis laporan keuangan adalah menggunakan rasio. Analisis rasio keuangan
merupakan analisis atas prestasi keuangan pihak manajemen masa lalu dan
prospeknya di masa yang akan datang (Barlian, 2003). Analisis rasio keuangan
menunjukkan pola hubungan atau perimbangan antara rekening atau pos tertentu
dengan rekening atau pos lainnya di dalam laporan keuangan. Analisis ini lebih
menggambarkan posisi keuangan terutama apabila angka rasio yang diperhitungkan
kemudian diperbandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar
(Warsono, 2003). Dalam pelaksanaan analisis laporan keuangan, terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pihak analisis harus mengidentifikasi
adanya trend tertentu dalam laporan keuangan. Kedua, angka-angka yang berdiri
sendiri sulit dikatakan baik tidaknya, sehingga dibutuhkan angka pembanding, misalnya
rata-rata industri. Ketiga, diskusi atau pertanyaan penting yang melengkapi
laporan keuangan seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi
atau restrukturisasi, merupakan bagian internal yang harus dimasukkan dalam
analisis. Keempat, terkadang waktu semua informasi yang diperlukan bisa
diperoleh melalui analisis mendalam atas laporan keuangan, namun masih
dibutuhkan informasi tambahan agar bisa memberikan analisis yang lebih tajam
lagi (Hanafi dan Halim, 2003). Sebelum melakukan analisis terhadap suatu laporan
keuangan, penganalisa harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut.
Penganalisa harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup dalam
mengambil suatu kesimpulan, disamping juga harus memperhatikan
perubahanperubahan kondisi perusahaan di samping juga latar belakang data
keuangan tersebut. Prosedur analisis terhadap laporan keuangan dapat dijabarkan
sebagai berikut. Laporan tersebut disesuaikan dengan tekanan atau tujuan
manajemen atau maksud penggunaan laporan keuangan tersebut, misalnya untuk
tujuan intern perusahaan atau untuk tujuan perencanaan dan pengawasan intern
akan berbeda dengan laporan keuangan bertujuan untuk ketentuan penetapan pajak.
Perbedaan pendapat di antara pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan
tersebut, misalnya perbedaan pendapat tentang besarnya suatu pengeluaran untuk
reparasi atau perbaikan mesin yang harus dikapitalisir, taksiran umur dari
suatu aktiva tetap, dan lain-lain. Perbedaan pengetahuan serta pengalaman dari
akuntan yang menyusun laporan juga harus diperhitungkan dalam penganalisaan laporan
keuangan. Oleh karenanya, sebelum mengadakan perhitungan, analisis dan
interpretasi penganalisa harus mempelajari atau mereview secara menyeluruh dan
kalau dianggap perlu diadakan penyusunan kembali (reconstruction) dari data
sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku dan tujuan analisa. Menurut
Tampubolon (2005), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik atas
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya,
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa penilaian kinerja lebih ditekankan
pada bagaimana karyawan sebagai bagian dari organisasi dapat mengerjakan
sesuatu berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam rangka mengadakan
evaluasi atas kinerja perusahaan yang telah dicapai maka dapat digunakan bermacam
acuan, salah satu contoh perusahaan dianggap mempunyai kinerja yang baik
apabila menghasilkan return on investment (ROI) yang tinggi (Sartono,2001).
Namun demikian, masing-masing perusahaan memiliki tolok ukur yang berbeda dalam
mengukur kinerja bisnisnya. Biasanya manajemen akan lebih menyukai
alternatif-alternatif yang membuat kinerja mereka lebih baik, yang menyebabkan
manajemen memusatkan perhatiannya pada ukuran-ukuran yang
digunakan oleh perusahaan.
Alat ukur kinerja perusahaan dipakai oleh pihak
manajemen sebagai acuan
untuk mengambil keputusan dan mengevaluasi kinerja manajemen dan unitunit
terkait di lingkungan organisasi perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2004).
Begitu pula sebaliknya bagi perusahaan, alat ukur ini dipakai untuk
mengkoordinasikan antara para manajer dengan tujuan dari masing-masing bagian
yang nantinya akan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan dalam
mencapai sasaran.
C.
Tujuan
Pengukuran kinerja
keuangan memiliki beberapa tujuan (Munawir, 2002). Tujuan pertama untuk
mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan pada saat ditagih. Tujuan kedua untuk mengetahui tingkat
solvabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, yang mencakup baik kewajiban
jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tujuan ketiga untuk mengetahui
tingkat profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba selama periode tertentu. Tujuan keempat untuk mengetahui
stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil,
yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar cicilan
secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan. Dengan tujuan
tersebut, penilaian kinerja keuangan mempunyai beberapa peranan bagi
perusahaan. Penilaian kinerja keuangan dapat mengukur tingkat biaya dari
berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan, untuk menentukan atau
mengukur efisiensi setiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan
derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, untuk
menilai dan mengukur hasil kerja pada tiap-tiap bagian individu yang telah
diberikan wewenang dan tanggungjawab, serta untuk menentukan perlu tidaknya
digunakan
kebijaksanaan atau
prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik (Wilddan Halsey, 2005;Munawir,
2002).
D.
Rumusan masalah:
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut: “Bagaimana Laporan
Keuangan dapat di gunakan sebagai Alat
untuk Menilai Kinerja Keuangan?”
E.
Metode penelitian
Jenis penelitian adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan
keadaan yang menjadi fokus dalam penelitian berdasarkan data berupa angka yang telah
dikumpulkan (Widayat, 2004).
Metode Analisis Data
Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, selanjutnya dilakukan
analisis dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan, yaitu
memperbandingkan rasio-rasio finansial perusahaan antara satu periode dengan
periode lainnya. Dari perbandingan
tersebut dapat diketahui arah trend dari masing-masing rasio, yang
mengimplikasikan kekuatan atau kelemahan dalam aspek keuangan yang dimiliki
perusahaan.
F.
Hasil
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil pengukuran likuiditas didasarkan pada current ratio, acid test ratio dan cash ratio terangkum dalam Tabel 1. Tabel 1
menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan selama tahun 2005–2007 terus
mengalami peningkatan, didasarkan atas besaran prosentase dari ketiga rasio
yang digunakan. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki selama periode
tiga tahun tersebut mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan tersebut
berarti beban bunga atas kewajiban lancar yang harus ditanggung oleh perusahaan
dapat tertutupi.
Rasio
Solvabilitas
Rasio
solvabilitas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Hasil pengukuran solvabilitas
didasarkan pada debt ratio, dan time
interest earned ratio terangkum dalam Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan kondisi
solvabilitas perusahaan selama tahun 2005–2007 terus mengalami peningkatan,
didasarkan atas besaran prosentase dari kedua rasio yang digunakan. Hasil debt
ratio menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancar
dan kewajiban jangka panjangnya ditambah beban bunga pinjaman yang ada dengan total
aktiva yang dimiliki selama periode tiga tahun tersebut mengalami
peningkatan. Time interest
earned
ratio menunjukkan kemampuan laba perusahaan
dalam menjamin beban bunga yang ditanggung terus mengalami peningkatan.
Ringkasnya, kemampuan perusahaan memenuhi kewajibankewajiban jangka pendek
maupun jangka panjangnya terus mengalami peningkatan.
Rasio
Aktivitas
Rasio
aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya yang dimiliki perusahaan telah
dimanfaatkan secara optimal. Dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan
perusahaan secara efektif mengelola dua kelompok aktiva khusus, piutang dan
persediaan, serta total aktiva secara keseluruhan. Hasil pengukuran aktivitas
didasarkan pada perputaran piutang, periode pengumpulan piutang, perputaran
persediaan, dan perputaran aktiva tetap terangkum dalam Tabel 3. Tabel 3
menunjukkan kondisi aktivitas perusahaan selama tahun 2005–2007 adalah berbeda untuk
rasio yang berbeda. Hasil rasio perputaran piutang menunjukkan besaran yang
terus mengalami penurunan, berarti perusahaan belum secara maksimal dalam
mengelola piutang yang dimiliki, dan apabila kondisi ini tidak segera
diantisipasi maka akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Rasio periode pengumpulan
piutang menunjukkan kenaikan secara terus menerus, berarti adanya peningkatan
waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengubah piutang menjadi kas, yang mana
kembali menunjukkan perusahaan kurang mampu dalam mengelola piutang yang harus
ditagih dan kondisi ini harus segera diantisipasi. Rasio perputaran persediaan
menunjukkan besaran yang fluktuatif meski dalam jumlah yang kecil, yang berarti
menurunnya jumlah persediaan baik bahan baku, barang setengah jadi dan barang
jadi, dan dalam kelanjutannya akan berdampak pada penurunan volume penjualan
dan berikutnya pada penurunan laba perusahaan. Rasio perputaran aktiva tetap
menunjukkan besaran yang terus meningkat, yang berarti ada peningkatan
kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap terkait proses produksi dan
operasional perusahaan dalam meemnuhi tujuan yang diharapkan.
Rasio
Profitabilitas
Rasio
profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas pemanfaatan sumber daya yang
dimilikinya. Hasil pengukuran profitabilitas didasarkan pada gross profit margin,
net profit margin dan return on investment terangkum dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan
kondisi profitabilitas perusahaan selama tahun 2005–2007 terus mengalami peningkatan,
didasarkan atas besaran prosentase dari ketiga rasio yang digunakan. Hasil ini
menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan, baik berupa
laba kotor (gross profit) maupun laba bersih (net profit) selama periode tiga
tahun
tersebut mengalami peningkatan. Nilai ROI menunjukkan perbandingan laba bersih
setelah pajak terhadap total aktiva terus menaik, yang berarti kemampuan perusahaan
mengelola sumber daya yang dimiliki dalam tujuan mempertinggi keuntungan yang diperoleh
terbukti semakin meningkat.
Tingkat
Pertumbuhan Kinerja Keuangan Perusahaan
Setelah
melakukan perhitungan analisis rasio keuangan perusahaan, maka dianalisis
tingkat pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan adalah
pertumbuhan penjualan serta pertumbuhan laba bersih. Hasil analisis pertumbuhan
kinerja keuangan perusahaan terangkum dalam Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan
kinerja keuangan perusahaan selama tahun 2005– 2007 mengalami perbedaan untuk
rasio yang berbeda. Rasio pertumbuhan penjualan menunjukkan penurunan nilai
dari tahun 2005–2007, yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk
menghasilkan penjualan atas produknya mengalami penurunan antara satu periode
dengan periode sebelumnya. Di sisi lain, rasio pertumbuhan laba bersih dari
tahun 2005–2007 terus mengalami kenaikan dalam jumlah relatif besar,
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba antara satu periode
dengan periode sebelumnya mengalami peningkatan cukup besar.
G.
Kesimpulan
Terkait hasil-hasil penelitian yang telah dibahassebelumnya,
direkomendasikan beberapa hal yang dapat berguna sebagai bahan pertimbangan
peningkatan kinerja keuangan perusahaan di masa datang. Pertama, perusahaan
direkomendasikan untuk memperbaiki sistem pembayaran atau syarat-syarat kredit
yang akan diterapkan, sehingga akan mampu menekan atau menurunkan jumlah hari
untuk mengubah piutang menjadi kas. Dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk melunasi
utang lancar dengan aktiva lancarnya yang mana untuk setiap periode mengalami
penurunan dalam besaran persentase, perusahaan diharapkan untuk meningkatkan
volume penjualan secara maksimal sehingga mampu untuk memperkuat posisi aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan. Ketiga, perusahaan dapat memperkecil investasi
dalam bentuk persediaan, dikarenakan selama empat tahun periode penelitian
diidentifikasi jumlah persediaan dapat dikatakan sangat besar. Dengan adanya situasi
tersebut, perusahaan dapat segera menjual atau mengadakan proses produksi
selanjutnya guna menutupi beban utang lancar yang ditanggung. Hal ini
dinyatakan mengingat persediaan merupakan pos aktiva lancar atau aktiva jangka
pendek yang paling kurang likuid.
Sumber
jurnal:
http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/yuli-orniati_4.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar