JellyPages.com

Maret 24, 2014

Review Jurnal : Laporan Keuangan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Keuangan


A. Identitas artikel
1. Judul               :  Laporan Keuangan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Keuangan
2. Penulis             : Yuli Orniati
3. Jurnal               : EKONOMI BISNIS
4. Volume             : -
5. Tahun               : 2009
6. Nomor              : 3

B. Latar belakang
          Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa depan, pertumbuhan dan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi kinerja keuangan diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, yang mungkin dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada (Barlian, 2003). Pimpinan perusahaan atau manajemen sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan yang telah di analisis, karena hasil tersebut dapat dijadikan sebagai alat dalam pengambilan keputusan lebih lanjut untuk masa yang akan datang. Dengan menggunakan analisis rasio, berdasarkan data dari laporan keuangan, akan dapat diketahui hasil finansial yang telah dicapai di waktu-waktu yang lalu, dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta hasil-hasil yang dianggap cukup baik. Hasil analisis historis tersebut sangat penting artinya bagi perbaikan penyusunan rencana yang akan dilakukan di masa datang. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, dapat diusahakan penyusunan rencana yang lebih baik demi memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut. Hasil-hasil yang dianggap sudah cukup baik di waktu lampau harus dipertahankan dan ditingkatkan untuk masa-masa mendatang (Tampubolon, 2005;
Weston, 1995). Evaluasi kinerja keuangan dapat dilakukan menggunakan analisis laporan keuangan, di mana data pokok sebagai input dalam analisis ini adalah neraca dan laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan dapat dilakukan menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan dan pihak yang berkepentingan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dengan cepat, karena penyajian rasio-rasio keuangan akan menunjukkan kondisi sehat tidaknya suatu perusahaan. Analisis rasio menghubungkan unsur unsur rencana dan perhitungan laba rugi sehingga dapat menilai efektivitas dan efisiensi perusahaan. Analisis pos-pos neraca akan memberikan gambaran tentang posisi keuangan perusahaan, sementara analisis terhadap laporan laba rugi akan mendeskripsikan hasil atau perkembangan usaha dari perusahaan. Informasi yang bisa diperoleh dari evaluasi kinerja keuangan antara lain tentang kemampuan perusahaan melunasi utang jangka pendek, kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pokok pinjaman, dan keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan besarnya modal sendiri. Kenyataannya, dalam pelaksanaan penilaian terhadap kinerja perusahaan, pihak manajemen umumnya hanya melihat dari tingkat fluktuasi atas laba yang diperoleh tanpa melakukan analisis lebih lanjut. Akibat yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut adalah perusahaan sering mengalami kesulitan untuk menentukan variabel apa yang menyebabkan terjadinya pembentukan keuntungan atau profit yang lebih maksimal. Keadaan tersebut yang menyebabkan perusahaan
sering mengambil kebijakan yang kurang tepat untuk mengadakan penilaian atas kinerja yang telah dicapai selama ini. Apabila kondisi tersebut terus terjadi, akan berakibat pihak manajemen mengalami kesulitan dalam menetapkan kebijakan yang akan diambil. Berdasarkan kenyataan yang sering terjadi di dalam perusahaan, maka menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan penilaian secara komprehensif atas kinerja keuangan yang telah dicapai sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan kebijakan keuangan. Melalui penelitian ini akan ditunjukkan bahwa melalui analisis secara menyeluruh atas laporan keuangan akan mampu mendeskripsikan kinerja keuangan sebagai dasar penetapan kebijakan yang lebih baik dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Dalam penelitian ini, lebih lanjut dilakukan beberapa pembatasan agar pembahasan lebih terfokus. Pertama, penelitian menggunakan lokasi PT Wira Jatim Group Pabrik Es Betek Malang dengan alasan selama ini perusahaan tersebut tidak secara sistematis dalam memberikan penilaian atas laporan keuangan, atau lebih jauh penilaian atas kinerja perusahaan hanya berdasarkan keuntungan yang telah dicapai, sehingga dalam kelanjutannya sering terjadi penentuan kebijakan yang kurang tepat terkait perbaikan maupun peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Kedua, data analisis menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas neraca dan laporan laba rugi untuk periode 2005–2007. Ketiga, analisis kinerja keuangan menggunakan empat jenis rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Secara umum, analisis atas hubungan dari berbagai pos dalam laporan keuangan digunakan sebagai dasar untuk menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Salah satu alat untuk menganalisis laporan keuangan adalah menggunakan rasio. Analisis rasio keuangan merupakan analisis atas prestasi keuangan pihak manajemen masa lalu dan prospeknya di masa yang akan datang (Barlian, 2003). Analisis rasio keuangan menunjukkan pola hubungan atau perimbangan antara rekening atau pos tertentu dengan rekening atau pos lainnya di dalam laporan keuangan. Analisis ini lebih menggambarkan posisi keuangan terutama apabila angka rasio yang diperhitungkan kemudian diperbandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Warsono, 2003). Dalam pelaksanaan analisis laporan keuangan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pihak analisis harus mengidentifikasi adanya trend tertentu dalam laporan keuangan. Kedua, angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya, sehingga dibutuhkan angka pembanding, misalnya rata-rata industri. Ketiga, diskusi atau pertanyaan penting yang melengkapi laporan keuangan seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian internal yang harus dimasukkan dalam analisis. Keempat, terkadang waktu semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis mendalam atas laporan keuangan, namun masih dibutuhkan informasi tambahan agar bisa memberikan analisis yang lebih tajam lagi (Hanafi dan Halim, 2003). Sebelum melakukan analisis terhadap suatu laporan keuangan, penganalisa harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisa harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup dalam mengambil suatu kesimpulan, disamping juga harus memperhatikan perubahanperubahan kondisi perusahaan di samping juga latar belakang data keuangan tersebut. Prosedur analisis terhadap laporan keuangan dapat dijabarkan sebagai berikut. Laporan tersebut disesuaikan dengan tekanan atau tujuan manajemen atau maksud penggunaan laporan keuangan tersebut, misalnya untuk tujuan intern perusahaan atau untuk tujuan perencanaan dan pengawasan intern akan berbeda dengan laporan keuangan bertujuan untuk ketentuan penetapan pajak. Perbedaan pendapat di antara pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan tersebut, misalnya perbedaan pendapat tentang besarnya suatu pengeluaran untuk reparasi atau perbaikan mesin yang harus dikapitalisir, taksiran umur dari suatu aktiva tetap, dan lain-lain. Perbedaan pengetahuan serta pengalaman dari akuntan yang menyusun laporan juga harus diperhitungkan dalam penganalisaan laporan keuangan. Oleh karenanya, sebelum mengadakan perhitungan, analisis dan interpretasi penganalisa harus mempelajari atau mereview secara menyeluruh dan kalau dianggap perlu diadakan penyusunan kembali (reconstruction) dari data sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku dan tujuan analisa. Menurut Tampubolon (2005), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik atas efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa penilaian kinerja lebih ditekankan pada bagaimana karyawan sebagai bagian dari organisasi dapat mengerjakan sesuatu berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam rangka mengadakan evaluasi atas kinerja perusahaan yang telah dicapai maka dapat digunakan bermacam acuan, salah satu contoh perusahaan dianggap mempunyai kinerja yang baik apabila menghasilkan return on investment (ROI) yang tinggi (Sartono,2001). Namun demikian, masing-masing perusahaan memiliki tolok ukur yang berbeda dalam mengukur kinerja bisnisnya. Biasanya manajemen akan lebih menyukai alternatif-alternatif yang membuat kinerja mereka lebih baik, yang menyebabkan manajemen memusatkan perhatiannya pada ukuran-ukuran yang
digunakan oleh perusahaan. Alat ukur kinerja perusahaan dipakai oleh pihak
manajemen sebagai acuan untuk mengambil keputusan dan mengevaluasi kinerja manajemen dan unitunit terkait di lingkungan organisasi perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2004). Begitu pula sebaliknya bagi perusahaan, alat ukur ini dipakai untuk mengkoordinasikan antara para manajer dengan tujuan dari masing-masing bagian yang nantinya akan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai sasaran.

C. Tujuan
Pengukuran kinerja keuangan memiliki beberapa tujuan (Munawir, 2002). Tujuan pertama untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Tujuan kedua untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, yang mencakup baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tujuan ketiga untuk mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Tujuan keempat untuk mengetahui stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar cicilan secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan. Dengan tujuan tersebut, penilaian kinerja keuangan mempunyai beberapa peranan bagi perusahaan. Penilaian kinerja keuangan dapat mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan, untuk menentukan atau mengukur efisiensi setiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, untuk menilai dan mengukur hasil kerja pada tiap-tiap bagian individu yang telah diberikan wewenang dan tanggungjawab, serta untuk menentukan perlu tidaknya digunakan
kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik (Wilddan Halsey, 2005;Munawir, 2002).

D. Rumusan masalah:
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana  Laporan Keuangan  dapat di gunakan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Keuangan?”

E. Metode penelitian
Jenis penelitian adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan keadaan yang menjadi fokus dalam penelitian berdasarkan data berupa angka yang telah dikumpulkan (Widayat, 2004).

Metode Analisis Data
Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan, yaitu memperbandingkan rasio-rasio finansial perusahaan antara satu periode dengan periode lainnya. Dari perbandingan
tersebut dapat diketahui arah trend dari masing-masing rasio, yang mengimplikasikan kekuatan atau kelemahan dalam aspek keuangan yang dimiliki perusahaan.

F. Hasil

Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil pengukuran likuiditas didasarkan pada  current ratio,  acid test ratio dan  cash ratio terangkum dalam Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan selama tahun 2005–2007 terus mengalami peningkatan, didasarkan atas besaran prosentase dari ketiga rasio yang digunakan. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki selama periode tiga tahun tersebut mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan tersebut berarti beban bunga atas kewajiban lancar yang harus ditanggung oleh perusahaan dapat tertutupi.

Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Hasil pengukuran solvabilitas didasarkan pada debt ratio, dan  time interest earned ratio terangkum dalam Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan kondisi solvabilitas perusahaan selama tahun 2005–2007 terus mengalami peningkatan, didasarkan atas besaran prosentase dari kedua rasio yang digunakan. Hasil debt ratio menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjangnya ditambah beban bunga pinjaman yang ada dengan total aktiva yang dimiliki selama periode tiga tahun tersebut mengalami peningkatan.  Time interest
earned ratio  menunjukkan kemampuan laba perusahaan dalam menjamin beban bunga yang ditanggung terus mengalami peningkatan. Ringkasnya, kemampuan perusahaan memenuhi kewajibankewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya terus mengalami peningkatan.

Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya yang dimiliki perusahaan telah dimanfaatkan secara optimal. Dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan perusahaan secara efektif mengelola dua kelompok aktiva khusus, piutang dan persediaan, serta total aktiva secara keseluruhan. Hasil pengukuran aktivitas didasarkan pada perputaran piutang, periode pengumpulan piutang, perputaran persediaan, dan perputaran aktiva tetap terangkum dalam Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan kondisi aktivitas perusahaan selama tahun 2005–2007 adalah berbeda untuk rasio yang berbeda. Hasil rasio perputaran piutang menunjukkan besaran yang terus mengalami penurunan, berarti perusahaan belum secara maksimal dalam mengelola piutang yang dimiliki, dan apabila kondisi ini tidak segera diantisipasi maka akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Rasio periode pengumpulan piutang menunjukkan kenaikan secara terus menerus, berarti adanya peningkatan waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengubah piutang menjadi kas, yang mana kembali menunjukkan perusahaan kurang mampu dalam mengelola piutang yang harus ditagih dan kondisi ini harus segera diantisipasi. Rasio perputaran persediaan menunjukkan besaran yang fluktuatif meski dalam jumlah yang kecil, yang berarti menurunnya jumlah persediaan baik bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi, dan dalam kelanjutannya akan berdampak pada penurunan volume penjualan dan berikutnya pada penurunan laba perusahaan. Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan besaran yang terus meningkat, yang berarti ada peningkatan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap terkait proses produksi dan operasional perusahaan dalam meemnuhi tujuan yang diharapkan.

Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Hasil pengukuran profitabilitas didasarkan pada gross profit margin, net profit margin dan return on investment terangkum dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan kondisi profitabilitas perusahaan selama tahun 2005–2007 terus mengalami peningkatan, didasarkan atas besaran prosentase dari ketiga rasio yang digunakan. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan, baik berupa laba kotor (gross profit) maupun laba bersih (net profit) selama periode tiga
tahun tersebut mengalami peningkatan. Nilai ROI menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva terus menaik, yang berarti kemampuan perusahaan mengelola sumber daya yang dimiliki dalam tujuan mempertinggi keuntungan yang diperoleh terbukti semakin meningkat.

Tingkat Pertumbuhan Kinerja Keuangan Perusahaan
Setelah melakukan perhitungan analisis rasio keuangan perusahaan, maka dianalisis tingkat pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan adalah pertumbuhan penjualan serta pertumbuhan laba bersih. Hasil analisis pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan terangkum dalam Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan kinerja keuangan perusahaan selama tahun 2005– 2007 mengalami perbedaan untuk rasio yang berbeda. Rasio pertumbuhan penjualan menunjukkan penurunan nilai dari tahun 2005–2007, yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan penjualan atas produknya mengalami penurunan antara satu periode dengan periode sebelumnya. Di sisi lain, rasio pertumbuhan laba bersih dari tahun 2005–2007 terus mengalami kenaikan dalam jumlah relatif besar, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba antara satu periode dengan periode sebelumnya mengalami peningkatan cukup besar.

G. Kesimpulan
Terkait hasil-hasil penelitian yang telah dibahassebelumnya, direkomendasikan beberapa hal yang dapat berguna sebagai bahan pertimbangan peningkatan kinerja keuangan perusahaan di masa datang. Pertama, perusahaan direkomendasikan untuk memperbaiki sistem pembayaran atau syarat-syarat kredit yang akan diterapkan, sehingga akan mampu menekan atau menurunkan jumlah hari untuk mengubah piutang menjadi kas. Dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk melunasi utang lancar dengan aktiva lancarnya yang mana untuk setiap periode mengalami penurunan dalam besaran persentase, perusahaan diharapkan untuk meningkatkan volume penjualan secara maksimal sehingga mampu untuk memperkuat posisi aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Ketiga, perusahaan dapat memperkecil investasi dalam bentuk persediaan, dikarenakan selama empat tahun periode penelitian diidentifikasi jumlah persediaan dapat dikatakan sangat besar. Dengan adanya situasi tersebut, perusahaan dapat segera menjual atau mengadakan proses produksi selanjutnya guna menutupi beban utang lancar yang ditanggung. Hal ini dinyatakan mengingat persediaan merupakan pos aktiva lancar atau aktiva jangka pendek yang paling kurang likuid.
Sumber jurnal:
http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/yuli-orniati_4.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar