JellyPages.com

Maret 24, 2014

Nilai Ekonomis dari Rokok


                              Rokok bukanlah hal yang jarang kita temui. Salah satu pendapatan terbesar di Indonesia di dapatkan dari penjualan rokok. Padahal sudah tertulis jelas pada bungkusan rokok bahkan iklan dan panflet yang ada di pinggiran jalan mengenai produk rokok itu sendiri bahwa rokok dapat menyebabkan kanker dan penyait lainnya, tetapi tetap saja banyak orang yang masih tetap ingin menjadi perokok aktif. Pada artikel ini dengan menguntip beberapa dari artikel lain, saya ingin menjelaskan seberapa besar kerugian yang anda hasilkan ketika anda memilih menjadi perokok aktif seumur hidup anda. Tahukah anda rokok juga tidak hanya menimbulkan penyakit “Kanker” dalam arti kesehatan tetapi juga “Kantong Kering” dalam arti keuangan? Beberapa fakta menunjukan bahwa sebenarnya uang yang anda gunakan untuk membeli sebungkus rokok lebih baik jika anda tabung. Misalkan saja Anda menghabiskan Rp 3.500 sehari untuk membeli sebungkus rokok kretek filter lokal. Ini berarti, dalam sebulan Anda membelanjakan Rp 105 ribu untuk rokok, sehingga dalam setahun, pengeluaran Anda untuk rokok mencapai Rp 1.260.000.
          Sekarang kita hitung, berapa jumlah uang yang Anda keluarkan selama hidup Anda bila Anda terus merokok. Kalau pada saat ini berumur 20, maka bila Anda terus merokok sampai umur 50, Anda berarti menghisap rokok secara terus menerus selama 30 tahun. Bila dihitung, pengeluaran Anda untuk rokok adalah: Rp 1.260.000 x 30 tahun = Rp 37.800.000. Itu pun dengan asumsi bahwa harga rokok selalu konstan dan tidak pernah naik. Tentunya hal itu tidak mungkin terjadi. Harga rokok pasti naik setiap tahun. Kalau setiap tahun harga rokok naik sebesar 10 persen saja, maka dalam 30 tahun, bila dihitung-hitung, jumlah uang yang Anda belanjakan untuk rokok bisa mencapai lebih dari Rp 72 juta! Sekarang, apa yang terjadi bila Anda berhenti merokok dan menabungkan saja uang jatah rokok tersebut? Kalau misalnya Anda menginvestasikan Rp 105 ribu per bulan tadi ke tabungan di bank yang memberikan bunga 10 persen per tahun, maka setelah 30 tahun (360 bulan), saldo tabungan Anda akan lebih dari Rp 80 juta! Itu dengan asumsi suku bunga 10 persen. Kalau uang itu Anda in-vestasikan pada produk investasi yang memberikan 15 persen per tahun, maka saldo Anda akan menjadi Rp 159 juta lebih. Pada saat ini, sudah ada, kok, beberapa produk investasi yang bisa memberikan hasil sekitar 15 persen per tahun.
          Perhitungan di atas dilakukan dengan asumsi bahwa Anda menabungkan jumlah uang yang sama setiap bulan selama 30 tahun itu. Tapi dengan harga rokok yang terus naik, Anda tentunya tidak akan menabungkan jumlah uang yang sama dari tahun ke tahun bukan? Tentunya jumlah yang Anda tabungkan akan terus naik setiap tahunnya. Bayangkan berapa saldo uang yang Anda miliki nanti, yang mungkin bisa Anda wariskan ke anak cucu Anda. Perhitungan di atas tadi menggunakan asumsi rokok kretek filter seharga Rp 3.500. Beberapa dari Anda mungkin merokok sebungkus rokok putih impor setiap harinya. Rokok seperti ini, harganya berkisar sekitar Rp 5.000 perbungkusnya. Dengan asumsi bahwa Anda menghabiskan sebungkus sehari, maka dalam sebulan Anda akan menghabiskan Rp 150 ribu, dan dalam setahun Anda akan menghabiskan Rp 1,8 juta. Dengan asumsi bahwa harga rokok tersebut naik terus 10 persen setiap tahun, maka pengeluaran Anda untuk rokok selama 30 tahun menjadi lebih dari Rp 85,9 juta. Tapi bila uang itu diinvestasikan pada produk investasi yang memberikan bunga 10 persen per tahun, maka pada akhir tahun ke-30 Anda akan memiliki dana investasi lebih dari Rp 114,8 juta. Jika memakai asumsi bunga 15 persen per tahun, maka saldo dana investasi Anda menjadi lebih dari Rp 227,3 juta.
          Satu hal lagi yang perlu Anda ketahui, bila Anda adalah seorang perokok maka premi yang harus Anda bayar untuk asuransi bisa lebih mahal sekitar 10-20 persen dibanding rekan-rekan Anda yang tidak merokok. Kenapa? Ini karena seorang perokok memiliki risiko kematian yang lebih besar dibanding mereka yang tidak merokok. Jadi, secara ekonomis, tidak merokok jauh lebih bermanfaat daripada merokok.
          Dari segi keuangan sudah terlihat jelas kerugian dari merokok, bagaimana dari segi kesehatan? Bila Anda merokok, selain Anda kehilangan uang, Anda juga harus membayar biaya kesehatan yang cukup besar. Ini karena rokok bisa menyebabkan Anda terkena penyakit radang paru-paru, yang biasanya baru akan terasa ketika Anda berumur sekitar 50 - 60 tahun di mana daya tahan Anda sudah jauh lebih rendah dibanding ketika Anda masih berumur 20-an. Penyakit paru-paru ini tergolong kritis, di mana uang untuk bisa membiayai penyakit kritis biasanya mahal sekali. Jumlahnya bisa belasan bahkan puluhan juta rupiah. Belum lagi kalau Anda dirawat inap. Pada saat ini, ongkos menginap di RS adalah sekitar Rp 200 ribu per hari. Bila Anda dirawat inap selama 10 hari saja, Anda sudah akan menghabiskan sekitar Rp 2 juta hanya untuk membayar RS. Bila radang paru-paru Anda cukup kronis, Anda akan dirawat dalam waktu yang mungkin sangat lama di RS, sehingga biaya yang harus Anda bayar untuk RS bisa menjadi sangat besar. Merokok memang nikmat, Pembaca. Tapi akibatnya Anda seperti membakar uang setiap hari dan membunuh diri Anda pelan-pelan. Ketika Anda tua dan daya tahan Anda sudah akan menurun, penyakit Anda biasanya sudah pasti akan muncul, sehingga makin banyak uang yang harus Anda keluarkan lagi nantinya.
          Bila memang demikian, kenapa Anda tidak memutuskan untuk berhenti merokok, dan menginvestasikan saja uang tersebut secara rutin? Ketika anak Anda besar, Anda mungkin bisa mewariskan saja uang itu kepadanya. Selain itu, hidup tanpa rokok akan membuat umur Anda lebih panjang, dibanding bila Anda merokok, yang biasanya akan "mengurangi" umur. Seperti kata orang: "Untuk tiap batang rokok yang diisap, umur manusia berkurang sebanyak satu hari." Itu berarti, makin sedikit pula waktu "sehat" yang bisa Anda gunakan bersama keluarga Anda. Terkadang untuk mengambil keputusan yang menguntungkan, ada pengorbanan yang harus Anda lakukan. Dalam hal ini, yang Anda korbankan mungkin adalah kenikmatan Anda merokok. Tapi apa yang akan Anda dapatkan ketika berhenti merokok adalah tubuh yang lebih sehat, dan uang yang lebih banyak. Terserah, Anda mau pilih yang mana?

Sumber :
http://www.semuabisnis.com/articles/91/1/Manfaat-Ekonomis-Berhenti-Merokok/Page1.html

Review Jurnal : Laporan Keuangan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Keuangan


A. Identitas artikel
1. Judul               :  Laporan Keuangan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Keuangan
2. Penulis             : Yuli Orniati
3. Jurnal               : EKONOMI BISNIS
4. Volume             : -
5. Tahun               : 2009
6. Nomor              : 3

B. Latar belakang
          Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa depan, pertumbuhan dan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi kinerja keuangan diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, yang mungkin dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada (Barlian, 2003). Pimpinan perusahaan atau manajemen sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan yang telah di analisis, karena hasil tersebut dapat dijadikan sebagai alat dalam pengambilan keputusan lebih lanjut untuk masa yang akan datang. Dengan menggunakan analisis rasio, berdasarkan data dari laporan keuangan, akan dapat diketahui hasil finansial yang telah dicapai di waktu-waktu yang lalu, dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta hasil-hasil yang dianggap cukup baik. Hasil analisis historis tersebut sangat penting artinya bagi perbaikan penyusunan rencana yang akan dilakukan di masa datang. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, dapat diusahakan penyusunan rencana yang lebih baik demi memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut. Hasil-hasil yang dianggap sudah cukup baik di waktu lampau harus dipertahankan dan ditingkatkan untuk masa-masa mendatang (Tampubolon, 2005;
Weston, 1995). Evaluasi kinerja keuangan dapat dilakukan menggunakan analisis laporan keuangan, di mana data pokok sebagai input dalam analisis ini adalah neraca dan laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan dapat dilakukan menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan dan pihak yang berkepentingan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dengan cepat, karena penyajian rasio-rasio keuangan akan menunjukkan kondisi sehat tidaknya suatu perusahaan. Analisis rasio menghubungkan unsur unsur rencana dan perhitungan laba rugi sehingga dapat menilai efektivitas dan efisiensi perusahaan. Analisis pos-pos neraca akan memberikan gambaran tentang posisi keuangan perusahaan, sementara analisis terhadap laporan laba rugi akan mendeskripsikan hasil atau perkembangan usaha dari perusahaan. Informasi yang bisa diperoleh dari evaluasi kinerja keuangan antara lain tentang kemampuan perusahaan melunasi utang jangka pendek, kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pokok pinjaman, dan keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan besarnya modal sendiri. Kenyataannya, dalam pelaksanaan penilaian terhadap kinerja perusahaan, pihak manajemen umumnya hanya melihat dari tingkat fluktuasi atas laba yang diperoleh tanpa melakukan analisis lebih lanjut. Akibat yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut adalah perusahaan sering mengalami kesulitan untuk menentukan variabel apa yang menyebabkan terjadinya pembentukan keuntungan atau profit yang lebih maksimal. Keadaan tersebut yang menyebabkan perusahaan
sering mengambil kebijakan yang kurang tepat untuk mengadakan penilaian atas kinerja yang telah dicapai selama ini. Apabila kondisi tersebut terus terjadi, akan berakibat pihak manajemen mengalami kesulitan dalam menetapkan kebijakan yang akan diambil. Berdasarkan kenyataan yang sering terjadi di dalam perusahaan, maka menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan penilaian secara komprehensif atas kinerja keuangan yang telah dicapai sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan kebijakan keuangan. Melalui penelitian ini akan ditunjukkan bahwa melalui analisis secara menyeluruh atas laporan keuangan akan mampu mendeskripsikan kinerja keuangan sebagai dasar penetapan kebijakan yang lebih baik dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Dalam penelitian ini, lebih lanjut dilakukan beberapa pembatasan agar pembahasan lebih terfokus. Pertama, penelitian menggunakan lokasi PT Wira Jatim Group Pabrik Es Betek Malang dengan alasan selama ini perusahaan tersebut tidak secara sistematis dalam memberikan penilaian atas laporan keuangan, atau lebih jauh penilaian atas kinerja perusahaan hanya berdasarkan keuntungan yang telah dicapai, sehingga dalam kelanjutannya sering terjadi penentuan kebijakan yang kurang tepat terkait perbaikan maupun peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Kedua, data analisis menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas neraca dan laporan laba rugi untuk periode 2005–2007. Ketiga, analisis kinerja keuangan menggunakan empat jenis rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Secara umum, analisis atas hubungan dari berbagai pos dalam laporan keuangan digunakan sebagai dasar untuk menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Salah satu alat untuk menganalisis laporan keuangan adalah menggunakan rasio. Analisis rasio keuangan merupakan analisis atas prestasi keuangan pihak manajemen masa lalu dan prospeknya di masa yang akan datang (Barlian, 2003). Analisis rasio keuangan menunjukkan pola hubungan atau perimbangan antara rekening atau pos tertentu dengan rekening atau pos lainnya di dalam laporan keuangan. Analisis ini lebih menggambarkan posisi keuangan terutama apabila angka rasio yang diperhitungkan kemudian diperbandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Warsono, 2003). Dalam pelaksanaan analisis laporan keuangan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pihak analisis harus mengidentifikasi adanya trend tertentu dalam laporan keuangan. Kedua, angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya, sehingga dibutuhkan angka pembanding, misalnya rata-rata industri. Ketiga, diskusi atau pertanyaan penting yang melengkapi laporan keuangan seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian internal yang harus dimasukkan dalam analisis. Keempat, terkadang waktu semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis mendalam atas laporan keuangan, namun masih dibutuhkan informasi tambahan agar bisa memberikan analisis yang lebih tajam lagi (Hanafi dan Halim, 2003). Sebelum melakukan analisis terhadap suatu laporan keuangan, penganalisa harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisa harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup dalam mengambil suatu kesimpulan, disamping juga harus memperhatikan perubahanperubahan kondisi perusahaan di samping juga latar belakang data keuangan tersebut. Prosedur analisis terhadap laporan keuangan dapat dijabarkan sebagai berikut. Laporan tersebut disesuaikan dengan tekanan atau tujuan manajemen atau maksud penggunaan laporan keuangan tersebut, misalnya untuk tujuan intern perusahaan atau untuk tujuan perencanaan dan pengawasan intern akan berbeda dengan laporan keuangan bertujuan untuk ketentuan penetapan pajak. Perbedaan pendapat di antara pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan tersebut, misalnya perbedaan pendapat tentang besarnya suatu pengeluaran untuk reparasi atau perbaikan mesin yang harus dikapitalisir, taksiran umur dari suatu aktiva tetap, dan lain-lain. Perbedaan pengetahuan serta pengalaman dari akuntan yang menyusun laporan juga harus diperhitungkan dalam penganalisaan laporan keuangan. Oleh karenanya, sebelum mengadakan perhitungan, analisis dan interpretasi penganalisa harus mempelajari atau mereview secara menyeluruh dan kalau dianggap perlu diadakan penyusunan kembali (reconstruction) dari data sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku dan tujuan analisa. Menurut Tampubolon (2005), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik atas efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa penilaian kinerja lebih ditekankan pada bagaimana karyawan sebagai bagian dari organisasi dapat mengerjakan sesuatu berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam rangka mengadakan evaluasi atas kinerja perusahaan yang telah dicapai maka dapat digunakan bermacam acuan, salah satu contoh perusahaan dianggap mempunyai kinerja yang baik apabila menghasilkan return on investment (ROI) yang tinggi (Sartono,2001). Namun demikian, masing-masing perusahaan memiliki tolok ukur yang berbeda dalam mengukur kinerja bisnisnya. Biasanya manajemen akan lebih menyukai alternatif-alternatif yang membuat kinerja mereka lebih baik, yang menyebabkan manajemen memusatkan perhatiannya pada ukuran-ukuran yang
digunakan oleh perusahaan. Alat ukur kinerja perusahaan dipakai oleh pihak
manajemen sebagai acuan untuk mengambil keputusan dan mengevaluasi kinerja manajemen dan unitunit terkait di lingkungan organisasi perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2004). Begitu pula sebaliknya bagi perusahaan, alat ukur ini dipakai untuk mengkoordinasikan antara para manajer dengan tujuan dari masing-masing bagian yang nantinya akan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai sasaran.

C. Tujuan
Pengukuran kinerja keuangan memiliki beberapa tujuan (Munawir, 2002). Tujuan pertama untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Tujuan kedua untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, yang mencakup baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tujuan ketiga untuk mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Tujuan keempat untuk mengetahui stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar cicilan secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan. Dengan tujuan tersebut, penilaian kinerja keuangan mempunyai beberapa peranan bagi perusahaan. Penilaian kinerja keuangan dapat mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan, untuk menentukan atau mengukur efisiensi setiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, untuk menilai dan mengukur hasil kerja pada tiap-tiap bagian individu yang telah diberikan wewenang dan tanggungjawab, serta untuk menentukan perlu tidaknya digunakan
kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik (Wilddan Halsey, 2005;Munawir, 2002).

D. Rumusan masalah:
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana  Laporan Keuangan  dapat di gunakan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Keuangan?”

E. Metode penelitian
Jenis penelitian adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan keadaan yang menjadi fokus dalam penelitian berdasarkan data berupa angka yang telah dikumpulkan (Widayat, 2004).

Metode Analisis Data
Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan, yaitu memperbandingkan rasio-rasio finansial perusahaan antara satu periode dengan periode lainnya. Dari perbandingan
tersebut dapat diketahui arah trend dari masing-masing rasio, yang mengimplikasikan kekuatan atau kelemahan dalam aspek keuangan yang dimiliki perusahaan.

F. Hasil

Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil pengukuran likuiditas didasarkan pada  current ratio,  acid test ratio dan  cash ratio terangkum dalam Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan selama tahun 2005–2007 terus mengalami peningkatan, didasarkan atas besaran prosentase dari ketiga rasio yang digunakan. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki selama periode tiga tahun tersebut mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan tersebut berarti beban bunga atas kewajiban lancar yang harus ditanggung oleh perusahaan dapat tertutupi.

Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Hasil pengukuran solvabilitas didasarkan pada debt ratio, dan  time interest earned ratio terangkum dalam Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan kondisi solvabilitas perusahaan selama tahun 2005–2007 terus mengalami peningkatan, didasarkan atas besaran prosentase dari kedua rasio yang digunakan. Hasil debt ratio menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjangnya ditambah beban bunga pinjaman yang ada dengan total aktiva yang dimiliki selama periode tiga tahun tersebut mengalami peningkatan.  Time interest
earned ratio  menunjukkan kemampuan laba perusahaan dalam menjamin beban bunga yang ditanggung terus mengalami peningkatan. Ringkasnya, kemampuan perusahaan memenuhi kewajibankewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya terus mengalami peningkatan.

Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya yang dimiliki perusahaan telah dimanfaatkan secara optimal. Dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan perusahaan secara efektif mengelola dua kelompok aktiva khusus, piutang dan persediaan, serta total aktiva secara keseluruhan. Hasil pengukuran aktivitas didasarkan pada perputaran piutang, periode pengumpulan piutang, perputaran persediaan, dan perputaran aktiva tetap terangkum dalam Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan kondisi aktivitas perusahaan selama tahun 2005–2007 adalah berbeda untuk rasio yang berbeda. Hasil rasio perputaran piutang menunjukkan besaran yang terus mengalami penurunan, berarti perusahaan belum secara maksimal dalam mengelola piutang yang dimiliki, dan apabila kondisi ini tidak segera diantisipasi maka akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Rasio periode pengumpulan piutang menunjukkan kenaikan secara terus menerus, berarti adanya peningkatan waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengubah piutang menjadi kas, yang mana kembali menunjukkan perusahaan kurang mampu dalam mengelola piutang yang harus ditagih dan kondisi ini harus segera diantisipasi. Rasio perputaran persediaan menunjukkan besaran yang fluktuatif meski dalam jumlah yang kecil, yang berarti menurunnya jumlah persediaan baik bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi, dan dalam kelanjutannya akan berdampak pada penurunan volume penjualan dan berikutnya pada penurunan laba perusahaan. Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan besaran yang terus meningkat, yang berarti ada peningkatan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap terkait proses produksi dan operasional perusahaan dalam meemnuhi tujuan yang diharapkan.

Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Hasil pengukuran profitabilitas didasarkan pada gross profit margin, net profit margin dan return on investment terangkum dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan kondisi profitabilitas perusahaan selama tahun 2005–2007 terus mengalami peningkatan, didasarkan atas besaran prosentase dari ketiga rasio yang digunakan. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan, baik berupa laba kotor (gross profit) maupun laba bersih (net profit) selama periode tiga
tahun tersebut mengalami peningkatan. Nilai ROI menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva terus menaik, yang berarti kemampuan perusahaan mengelola sumber daya yang dimiliki dalam tujuan mempertinggi keuntungan yang diperoleh terbukti semakin meningkat.

Tingkat Pertumbuhan Kinerja Keuangan Perusahaan
Setelah melakukan perhitungan analisis rasio keuangan perusahaan, maka dianalisis tingkat pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan adalah pertumbuhan penjualan serta pertumbuhan laba bersih. Hasil analisis pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan terangkum dalam Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan kinerja keuangan perusahaan selama tahun 2005– 2007 mengalami perbedaan untuk rasio yang berbeda. Rasio pertumbuhan penjualan menunjukkan penurunan nilai dari tahun 2005–2007, yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan penjualan atas produknya mengalami penurunan antara satu periode dengan periode sebelumnya. Di sisi lain, rasio pertumbuhan laba bersih dari tahun 2005–2007 terus mengalami kenaikan dalam jumlah relatif besar, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba antara satu periode dengan periode sebelumnya mengalami peningkatan cukup besar.

G. Kesimpulan
Terkait hasil-hasil penelitian yang telah dibahassebelumnya, direkomendasikan beberapa hal yang dapat berguna sebagai bahan pertimbangan peningkatan kinerja keuangan perusahaan di masa datang. Pertama, perusahaan direkomendasikan untuk memperbaiki sistem pembayaran atau syarat-syarat kredit yang akan diterapkan, sehingga akan mampu menekan atau menurunkan jumlah hari untuk mengubah piutang menjadi kas. Dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk melunasi utang lancar dengan aktiva lancarnya yang mana untuk setiap periode mengalami penurunan dalam besaran persentase, perusahaan diharapkan untuk meningkatkan volume penjualan secara maksimal sehingga mampu untuk memperkuat posisi aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Ketiga, perusahaan dapat memperkecil investasi dalam bentuk persediaan, dikarenakan selama empat tahun periode penelitian diidentifikasi jumlah persediaan dapat dikatakan sangat besar. Dengan adanya situasi tersebut, perusahaan dapat segera menjual atau mengadakan proses produksi selanjutnya guna menutupi beban utang lancar yang ditanggung. Hal ini dinyatakan mengingat persediaan merupakan pos aktiva lancar atau aktiva jangka pendek yang paling kurang likuid.
Sumber jurnal:
http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/yuli-orniati_4.pdf

Maret 23, 2014

PENGERTIAN PENGGABUNGAN USAHA DAN KONTRIBUI RELATIF PERUSAHAAN YANG BERGABUNG

A. PENGGABUNGAN USAHA

     Penggabungan usaha / penggabungan entitas usaha yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi pengembangan kekayaan perusahaan secara bertahap, dan seringkali memberikan manfaat bagi semua entitas yang bersatu dan pemiliknya.

Adapun manfaatnya : 
- untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dngan perusahaan yang lain.
- salah satu bentuk kerjasama antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun tidak sejenis.

ALASAN PENGGABUNGAN USAHA
1. Manfaat Biaya (cost adventage) 
Seringkali lebih murah bagi perusahaan untik memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui pengembangan.
2. Risiko Lebih Rendah ( lower risk) 
Membeli lini produk dan pasar yang sudah didirikan biasanya lebih rendah resikonya dibandingkan mendirikan produk baru dan pasarnya.
3. Mencegah penganbilalihan(avoidance of takeovers)
Beberapa perusahaan bergabung untuk mencegah pengakuisisian diantara mereka, karena perusahaan perusahaan kecil lebih cenderung diserang.
4. Penundaan operasi pengurangan (fewer operating delays)
Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh dari penggabungan usaha dapat diharapkan segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan.
5. Akuisisi harta tak berwujud ( acquisition of intangible asets)
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumberdaya tidak berwujud maupun berwujud.

BENTUK PENGGABUNGAN USAHA
 Ditinjau dari penggabungannya, 3 bentuk penggabungan usaha
  1.  penggabungan Horisontal  (penggabungan perusahaan sejenis membuat lebih besar)
  2. Penggabungan Vertikal  (penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya mempunyai hubungan saling  menguntungkan)
  3. Penggabungan Konglomerat (kombinasi dari penggabungan horisontal dan vertikal)
Dari Segi Hukum ;
  • Marger
  • Konsolidasi
  • Afiliasi